Huuuh" kembali ku menghela nafasku. Kurasa aku sudah cukup sabar menahan rasa ini. "Tuhan sedang mencobaimu" itu yang selalu dikatakan oleh beberapa teman baiku. Mereka juga menyarankan untuk tidak menyimpan rasa ini. "Aku hanya bisa berterimakasih kepada semua sahabat dan temanku yang tetap mensupport. "Sabaarrr... Getra sabar!" Selalu ku katakan dalam hati untuk menahan emosiku.
“Aku memang seorang anak pengusaha kaya raya. Tapi kekayaan bukanlah hal yang bisa membeli sebutir kebahagiaan. Aku sama sekali bukanlah orang yang berbahagia. Dalam segi materi, memang aku berkecukupan. Tapi hatiku sering disakiti, rasa sakit itu membuat suatu kebencian yang sangat mendalam”
Tuhan punya rencana! Aku mau/ga mau harus mengikutinya. Mungkin memang tidak baik untuk membenci seseorang, apalagi kalau orang itu ayah kita sendiri. Tapi aku melakukannya! Aku mau melepaskan rasa benci ku padanya, tapi itu akan sulit sekali.....

Semua itu dimulai sejak beberapa tahun lalu. Sejak Social media: Facebook sedang bumming, saat itu adalah saat ibuku memulai untuk menggunakannya. "Loe, ngapain nge add-add bule sih!" Kata ayahku membentak ibuku, sembari mengeluarkan kata-kata kebun binatang. Ibuku padahal hanya asal klik saja untuk nge add bule itu, tapi ayahku tidak mau mengerti. Sebuah tamparan mendarat keras di pipi kanan ibuku. Aku tidak bisa gambarkan betapa egoisnya ayahku dan aku tidak bisa bayangkan apa yang akan kurasakan bila aku berdiri di posisi ibuku. Sejak saat itu, aku berniat untuk melindungi ibuku dari keganasan ayahku... Tapi itu juga membangkitkan rasa benci pada ayahku.

#####################
Malam itu, aku sedang tertidur lelap di kamarku. Kamarku berada di lantai kedua dari rumahku. Walau aku berada di lantai dua, pertengkaran ayah dan ibuku yang berada di lantai satu tetap terdengar jelas olehku, apalagi oleh adikku, yang kamarnya berada dibawah. "Pa! Stop" Adiku menjerit keras. Kulihat adiku telah menangis, ada lebam di wajahnya begitu pula pada ibuku. "Sabar dek, sabar" ibuku mencoba menenangkan adikku. Aku terpaku melihat kejadian itu, rasanya hatiku begitu hancur. "Ayah macam apa yang berani menyakiti perempuan!!!!" Kataku menyambar. "Anak macam apa loe, berani pada bapak sendiri dasar kurang ajar!" Balas ayahku sembari mendorongku. Akupun terjatuh, memang cukup sakit terjatuh di tempat itu. Tapi itu belum apa-apa dibanding apa yang dilakukan ayah terhadap ibu dan adikku.

"Mah, dek.. Sabar ya, papa emang kaya begitu.. Tp kita harus tetap strong, kita harus kuat" kataku menghibur ibu dan adikku yang sedang menangis. "Iya ko, dede kuat" adikku tersenyum. Aku melihat senyum manis adikku, namun aku belum melihat senyum ibuku. "Mah, kita jangan down! Kalo kita down, kita kalah dari makhluk jahat itu" support gelombang kedua kulontarkan. "Iya Get, kamu emang anak mama yang paling kuat!" Ibukku pun tersenyum. Aku tahu kalau itu adalah senyuman palsu untuk menenangkanku, ibuku tidak mau membuatku khawatir. Ibuku begitu baik, bahkan terlalu baik untuk ayahku.

 



#####################
Hari kembali berganti hari. Bulan berganti bulan. Hampir saja ku melupakan kejadian pahit itu. Tapi kejadian itu terulang lagi. Ayahku membongkar handphone milik ibuku, dan ia menemukan tulisan dengan bahasa inggris yang bertuliskan "Yes, honey" dari seorang teman ibuku. Api cemburu kembali menyelimuti ayahku. Pertengkaran dimulai lagi, tapi kali ini berbeda. Aku ada di tempat itu! Dan aku akan melindungi ibu dan adik kesayanganku itu. Tamparan kembali dilontarkan ayahku terhadap ibuku.... Tapi sebelum sampai ke pipi ibuku, aku berhasil terlebih dahulu menahan tangan besi ayahku. "Pa, sebelum pukul mama papa harus pukul Getra dulu!" Dengan berani aku membentak. "Ok, loe sekarang udah berani sama bapak loe. Loe harus gue kasih pelajaran!" Kata ayahku sambil melontarkan tinjunya. Kali ini aku tidak boleh melawan, atau yang menjadi korban adalah ibu dan adikku. Biar saja aku menjadi pelampiasan ayahku, asal jangan mereka yang kucintai... Itu lebih baik, jauh lebih baik.

#####################
Sejak saat itu, hubungan kami semakin buruk. Hari ke hari, bulan ke bulan sampai tahun ke tahun. Api benciku tak kunjung padam, malahan semakin menjadi-jadi. Aku mencamkan dalam hati “Kalau sudah besar, aku akan membunuhnya!”. Secara harafiah memang membunuh adalah mengakhiri hidup seseorang. Tapi aku mau lebih dari itu, aku akan membunuh perasaannya. Aku akan membuat dia merasakan apa itu penderitaan. Dia selama ini selalu menganggap remeh kami, pikirnya adalah dia yang paling kaya dan paling sukses. Ya, memang ia cukup sukses dan kaya raya. Aku tahu karena aku sempat untuk menikmati kekayaan itu. Sebelum kami diusir dari kerajaannya.

#####################
Kami pun luntang-lantung dijalanan. Aku hanya punya sebuah handphone. Aku nggak punya selembar uangpun di kantongku. Aku bingung, jadi dengan terpaksa kujual handphone kesayanganku itu. “Lebih baik aku nggak berhubungan dengan pacarku sementara, dari pada kami harus tidak berhubungan dengan dunia selamanya”. “Makasih Tuhan…….” Aku mendapatkan dua juta rupiah hasil penjualan handphone itu. Untunglah aku punya handphone yang cukup berharga. Dengan ini, aku masih bisa hidup untuk sekitar 1 bulan. “Sekarang, hanya tinggal nyari kerja” aku mau memulai usahaku, tapi aku harus mencari pekerjaan terlebih dahulu.
Aku mencari kerja kemana-mana, namun apadaya? Aku hanya bocah kelas 3 SMA. Bisa dibayangkan bukan, seorang bocah ingusan yang belum tamat Sekolah ingin melamar sebagai pekerja kantoran. Ya… berhari-hari aku berdoa pada Tuhan, hanya itu yang bisa kulakukan. Akhirnya, doakupun terjawab oleh Tuhan. Betapa senangnya hatiku saat itu, aku diterima sebagai sales salah satu perusahaan otomotif. Walau aku hanya sebagai pekerja honorer, itu sudah cukup. Sangat cukup untuk bertahan hidup, apabila aku berhasil menjual 1 mobil saja tiap bulannya. “Tuhan, aku mohon… buatlah agar product yang kujual bisa lancar… 1 product saja tiap bulan, itu lebih dari cukup”. Tuhan tidak mengabulkan doaku…….. itu pada awalnya. Akupun dikeluarkan oleh perusahaan tersebut. Sepertinya itu adalah jalannya Tuhan, aku belum ditakdirkan untuk sukses.
Kegagalan itu bukanlah hal yang bisa mematahkan semangatku! Malah itu adalah sebuah pelajaran berharga…. “Aku sudah terlatih untuk kuat! Dan aku harus menang melawan hidup ini”. Kucoba untuk melamar pekerjaan, sebagai sales lagi tentunya. Tidak seperti sebelumnya, kali ini aku langsung diterima di salah satu perusahaan yang kukenal. Ya, kali ini aku bekerja di salah satu kenalan ibuku. Tapi bukan berarti aku bisa malas disini, malahan ini menuntutku untuk lebih ulet lagi… “Getra! Loe harus bisa dan loe pasti bisa” itu yang selalu kucamkan dalam hati ketika aku mendapatkan penolakan dari calon konsumenku.
 #####################
Kali ini, aku kembali berdoa pada Tuhan. Kali ini aku berdoa “Tuhan, jadilah padaku menurut perkataanMu… apapun yang Engkau kehendaki, jadilah itu. Sukses atau tidaknya aku, semua tergantung padaMu” aku memang berharap lebih. Tapi aku tahu Tuhan itu baik, yang terbaik bagiku belum tentu terbaik baginya.. tapi yang terbaik baginya adalah terbaik untukku.
Tuhan sekarang berpihak padaku. Aku memang tidak menjual 1 mobil, tetapi 5-6 mobil dalam tiap bulannya. Kuasa Tuhanlah yang bisa melakukan semua ini, hany dengan kuasa Tuhan aku bekerja.
#####################
Tahun demi tahun, pangkat demi pangkat telah kudapatkan. Hingga suatu saat…. Aku dipercaya oleh Pemilik perusahaan tersebut, yang tidak lain adalah kenalan ibuku untuk mengendalikan seluruh perusahaan miliknya. Sebuah kesempatan emas bagiku. Aku bekerja dengan giat, bagiku ini belum cukup. Belum cukup banyak untuk menandingi kekayaan milik ayahku. Tekadku Cuma 1, aku harus sangat sukses. Aku begitu keras berusaha, aku tak peduli apapun yang diluar. “Selain pekerjaan dan keluarga, yang lain tidak penting. Yang harus di lakukan adalah menaklukan semua lawan bisnis! Agar dapat mengalahkan saingan terbesar, yaitu PAPA”  


Aku bertambah kaya, dan aku semakin dekat untuk membalaskan dendamku pada ayahku. Sekarang aku mulai mencari. Aku telusuri setiap gedung perusaahaan ayahku. Tapi, semua itu sudah tidak ada. “Dimana dia?” aku terus bertanya-tanya. Aku tidak menemukan sedikitpun jejaknya.
Tahun ke tahun aku belum menemukannya, hingga suatu saat. Aku menemukan bahwa kerajaan uang ayahku telah musnah. Aku begitu sibuk! Sampai-sampai aku tidak menyadari kejatuhan salah satu kerajaan uang terbesar di dunia. “Tapi karena apa?” Aku juga mengetahui, kehancuran itu adalah akibat dari satu-satunya saingan bisnis perusahaan ayahku. “Siapa itu?” ternyata aku sendiri orangnya. “Lalu kemana ayahku itu?” aku begitu terkejut mendengar berita itu. Ayahku wafat, ketika aku berhasil membuatnya bangkrut besar. Aku merasa bahagia sesaat. Tapi aneh! Aku menangis! Aku mengingat tiap masa bahagia yang pernah diberinya padaku. Aku mengingat kebahagiaan yang ia beri, bukan kesedihan yang ia timbulkan. Aneh, tapi aku sangat terpukul saat itu. “Aku bodoh, benar-benar bodoh! Kenapa aku mau membunuh ayahku sendiri” aku mungkin berhasil membunuhnya. Tapi aku tidak merasakan kebahagiaan sedikitpun, malahan kesedihan yang timbul………….

To Be Continue...... On the novel ^^


“Sebagaimana jahatnya seseorang, seberapa kejamnya ia…. Ingatlah, dia pernah membuatmu tersenyum sejenak. Walau hanya 1 kali”