Di Swedia ada seorang yang bernama Nobel, ketika dia masih duduk di bangku sekolah dasar, dia selalu hanya mendapat peringkat dua di kelas. Peringkat pertama selalu diraih oleh seorang murid yang bernama Peggy. Pada suatu saat Peggy sakit keras dan tidak dapat mengikuti pelajaran untuk jangka waktu lama. Teman sekelasnya ada yang berkata kepada Nobel, “Sekarang Peggy sedang sakit keras ini kesempatan kamu menjadi juara kelas.”



Namun, Nobel tidak merasa gembira karena hal itu. Malahan dia mencatat semua pelajaran yang diajarkan gurunya pada sebuah buku. Buku itu pun dikirim kepada Peggy. Ketika tiba hari kenaikan kelas, Peggy masih tetap sebagai juara pertama dan Nobel tetap menjadi juara ke dua.

Setelah Nobel dewasa, dia menjadi seorang ahli kimia. Akhirnya menjadi seorang penemu mesiu dan menjadi kaya raya. Ketika dia meninggal, dia menyumbangkan seluruh warisannya, maka dibentuklah sebuah badan amal yang disebut hadiah Nobel. Setiap tahun bunga bank dari dana amal dijadikan dana penghargaan ajang internasional di bidang fisika, kimia, fisiologi, kedokteran, sastra, orang-orang ekonomi dan orang berdedikasi yang berkontribusi dibidang perdamaian dunia.

Karena Nobel adalah seorang yang toleran dan suka berbagi dengan orang lain, dia tidak saja menciptakan sebuah bisnis yang membanggakan, juga meninggalkan kesan yang tidak akan dilupakan oleh generasi penerus. Akhirnya dalam sejarah semua orang akan selalu mengingat Nobel yang hanya menjadi juara ke dua di kelasnya. Hanya segelintir orang yang mengenal Peggy yang selalu menjadi juara kelas.

Dari cerita Nobel ini, saya mendapat sebuah kesan yang sangat mendalam, keberhasilan dan ketenaran Nobel, bukan hanya tergantung kepada kepintaran dan kejeniusan otaknya saja. Tapi yang terpenting dari semangat Nobel adalah sifat toleransinya dan sifat yang suka berbagi dengan orang lain sehingga membuatnya menjadi seorang yang terkenal dan tidak akan dilupakan orang lain.

Smoga bermanfaat, Tuhan memberkati...